Tiap
seminggu sekali, di balongan blok pesisir banyak orang-orang berpakaian serba
putih-putih mulai dari peci, baju, dan sampai sarung yang dikenakan. Mereka
berkumpul di suatu tempat di desa balongan untuk mengadakan atau mengikuti
pengajian. Karena mereka mengenakan peci atau kopyah putih, warga setempat
menyebutnya dengan sebutan rombongan atau jama’ah kupluk (kopyah) putih. Anggota
jama’ah ini tidak hanya dari balongan saja tapi dari luar daerah balongan pun
ada. Kegiatan dari jama’ah ini adalah pembacaan riwayat nabi, pembacaan
sholawat nabi, dan ceramah atau siraman rohani.
Dalam
tulisan ini yang kami sorot bukan jama’ah kupluk putihnya, tapi perilaku masyarakat balongan dengan adanya
keberadaan jamaah kupluk putih. Sebelum ada
jamaah ini, pengamalan terhadap nilai-nilai agama sebagian masyarakat
balongan masih kurang baik dan kurang begitu tertarik dengan aktifitas yang
berbau religi. Bahkan ada di suatu blok
di desa balongan, orang-orangnya dikenal dengan istilah “kepet”, orang-orangnya
tidak “cebok” setelah buang air. Maksud dari istilah tersebut adalah
pemahaman
dan pengamalan orang-orang yang kurang terhadap ajaran agama. Tetapi setelah
adanya jamah ini, pemahaman dan pengamalan masyarakat terhadap ajaran agamanya
berubah menjadi lebih baik. Sekarang, Masyarakat balongan sudah banyak yang
menyukai aktifitas-aktifitas religi. Terbukti dengan semakin banyaknya jumlah
masyarakat yang mengikuti kegiatan jamaah ini.
Banyaknya
masyarakat yang mengikuti kegiatan jamaah “ kupluk putih” di balongan, bisa
menjadi tanda bahwa masyarakat balongan selama ini mengalami kegersangan jiwa
atau spiritual. Apa faktor penyebab kegersangan spiritual masyarakat balongan
ini? Menurut saya, faktor penyebabnya adalah:
- Faktor ekonomi, masyarakat balongan disibukkan dengan kegiatan ekonomi untuk memenuhi kesejahteraan hidupnya atau untuk memenuhi kebutuhan fisiknya. Sehingga mereka lupa atau tidak sempat untuk memenuhi kebutuhan spritualnya.
- Faktor pendidikan, factor pendidikan yang dimaksud disini adalah lembaga/institusi/wadah pendidikan dan prosesnya. Selama ini, Institusi pendidikan masyarakat dan proses pendidikannya di masyarakat balongan belum bisa diterima oleh sebagian besar masyarakat balongan. Masyarakat belum bisa menemukan air yang mampu menyirami kegersangan jiwanya. Maka wajar jika selama ini banyak tempat-tempat pengajian atau majelis-majelis ta’lim yang berjalan kurang diminati oleh masyarakat balongan.
Lalu,
bagaimanakah dengan keberadaan jamaah “kupluk putih” yang mampu menyedot banyak
jamaah dari warga balongan? Menurut saya, Institusi pendidikan ini mampu
meneyelenggarakan proses pendidikannya sebagai air yang bisa menyirami
kegersangan jiwa masyarakat balongan. Metode pembelajarannya yang berupa
keteladanan, kesederhanaan, kekeluargaan, dan solutif terhadap permasalahan
jamaahnya menjadi daya tarik tersendiri
bagi masyarakat balongan untuk mengikuti
jamaah ini.
Semoga
keberadaan jamaah ini selalu menjadi air yang menyejukkan bagi kegersangan
spiritual masyarakat dan sekaligus bisa memberikan pencerahan mindset
masyarakat balongan terhadap aktifitas kehidupannya. Juga bisa mengajak
masyarakat balongan untuk bisa hidup secara seimbang antara dunia dan
akhiratnya sehingga kesejahteraan masyarakat balongan baik di dunia maupun di
akhirat dapat tercapai. Amin..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar