Senin, 07 Januari 2013

Fenomena Jama’ah “Kupluk Putih” di Balongan


Tiap seminggu sekali, di balongan blok pesisir banyak orang-orang berpakaian serba putih-putih mulai dari peci, baju, dan sampai sarung yang dikenakan. Mereka berkumpul di suatu tempat di desa balongan untuk mengadakan atau mengikuti pengajian. Karena mereka mengenakan peci atau kopyah putih,  warga  setempat menyebutnya dengan sebutan rombongan atau jama’ah kupluk (kopyah) putih. Anggota jama’ah ini tidak hanya dari balongan saja tapi dari luar daerah balongan pun ada. Kegiatan dari jama’ah ini adalah pembacaan riwayat nabi, pembacaan sholawat nabi, dan ceramah atau siraman rohani.

Dalam tulisan ini yang kami sorot bukan jama’ah kupluk putihnya, tapi  perilaku masyarakat balongan dengan adanya keberadaan jamaah kupluk putih. Sebelum ada   jamaah ini, pengamalan terhadap nilai-nilai agama sebagian masyarakat balongan masih kurang baik dan kurang begitu tertarik dengan aktifitas yang berbau  religi. Bahkan ada di suatu blok di desa balongan, orang-orangnya dikenal dengan istilah “kepet”, orang-orangnya tidak “cebok” setelah buang air. Maksud dari istilah tersebut adalah
pemahaman dan pengamalan orang-orang yang kurang terhadap ajaran agama. Tetapi setelah adanya jamah ini, pemahaman dan pengamalan masyarakat terhadap ajaran agamanya berubah menjadi lebih baik. Sekarang, Masyarakat balongan sudah banyak yang menyukai aktifitas-aktifitas religi. Terbukti dengan semakin banyaknya jumlah masyarakat yang mengikuti kegiatan jamaah ini.

Banyaknya masyarakat yang mengikuti kegiatan jamaah “ kupluk putih” di balongan, bisa menjadi tanda bahwa masyarakat balongan selama ini mengalami kegersangan jiwa atau spiritual. Apa faktor penyebab kegersangan spiritual masyarakat balongan ini? Menurut saya, faktor penyebabnya adalah:
  1.  Faktor ekonomi, masyarakat balongan disibukkan dengan kegiatan ekonomi untuk memenuhi kesejahteraan hidupnya atau untuk memenuhi kebutuhan fisiknya. Sehingga mereka lupa atau tidak sempat untuk memenuhi kebutuhan spritualnya.
  2. Faktor pendidikan, factor pendidikan yang dimaksud disini adalah lembaga/institusi/wadah pendidikan dan prosesnya. Selama ini, Institusi pendidikan masyarakat dan proses pendidikannya di masyarakat balongan belum bisa diterima oleh sebagian besar masyarakat balongan. Masyarakat belum bisa menemukan air  yang mampu menyirami kegersangan jiwanya. Maka wajar jika selama ini banyak tempat-tempat pengajian atau majelis-majelis ta’lim yang berjalan kurang diminati oleh masyarakat balongan.
Lalu, bagaimanakah dengan keberadaan jamaah “kupluk putih” yang mampu menyedot banyak jamaah dari warga balongan? Menurut saya, Institusi pendidikan ini mampu meneyelenggarakan proses pendidikannya sebagai air yang bisa menyirami kegersangan jiwa masyarakat balongan. Metode pembelajarannya yang berupa keteladanan, kesederhanaan, kekeluargaan, dan solutif terhadap permasalahan jamaahnya menjadi  daya tarik tersendiri bagi  masyarakat balongan untuk mengikuti jamaah ini. 

Semoga keberadaan jamaah ini selalu menjadi air yang menyejukkan bagi kegersangan spiritual masyarakat dan sekaligus bisa memberikan pencerahan mindset masyarakat balongan terhadap aktifitas kehidupannya. Juga bisa mengajak masyarakat balongan untuk bisa hidup secara seimbang antara dunia dan akhiratnya sehingga kesejahteraan masyarakat balongan baik di dunia maupun di akhirat dapat tercapai.  Amin..



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Terima Kasih Atas Kunjungannya: