Tulisan berikut lanjutan dari
Analisis Proses Sedimentasi Yang Terjadi Akibat Adanya Breakwater Di Pantai
Balongan Indramayu (Part 1)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Keadaan Topografi Kabupaten Indramayu
Apabila dilihat dari letak geografisnya KabupatenIndramayu
terletak pada 107° 52 ° – 108° 36 ° Bujur Timur dan 6° 15 ° – 6° 40 ° Lintang
Selatan. Dengan panjang garis pantai seluas 144 km sedangkan berdasarkan
topografinya sebagian besar merupakan dataran atau daerah landai dengan
kemiringan tanahnya rata-rata 0 – 2 %. Keadaan ini berpengaruh terhadap drainase,
bila curah hujan cukup tinggi, maka di daerah-daerah tertentu akan terjadi
genangan air. Kabupaten Indramayu terletak di pesisir utara Pulau Jawa dan
memiliki 10 kecamatan dengan 35 desa yang berbatasan langsung dengan laut
dengan panjang garis pantai 114,1 Km.
Peta kabupaten indramayu
Letak Kabupaten
Indramayu yang membentang sepanjang pesisir pantai utara P.Jawa membuat
suhu udara di kabupaten ini cukup tinggi yaitu Celcius- 28 ° Celcius.
Sementara rata-rata curah°berkisar antara 18 hujan sepanjang tahun 2006
adalah sebesar 61,06 mm. Adapun curah hujan tertinggi terjadi di Kecamatan
Kertasemaya kurang lebih sebesar 70 mm dengan jumlah hari hujan tercatat
2491hari, sedang curah hujan terendah terjadi di Kecamatan Pasekan kurang lebih
sebesar 55 mm dengan jumlah hari hujan tercatat 683 hari.
Proses abrasi yang terjadi di pantai balongan
indramayu
(doc. foto: Darmadi 18 april 2010)
Breakwater berbentuk melengkung (foto: Darmadi
18 april 2010)
Breakwater berbentuk ‘T’ (foto: Darmadi 18
april 2010)
Pantai
Balongan Indramayu merupakan salah satu kecamatan yang terletak di wilayah
timur indramayu yang berbatasan langsung dengan pantai, kecamatan balongan ini
merupakan tempat dimana perusahaan migas terbesar di indonesia itu ada. Tepat di
kecamatan ini ada di bangunnya Unit
Pengolahan Minyak VI olehPT. PERTAMINA. Pantai balongan indramayu telah
mengalami proses abrasi yang cukup signifikan, menurut nelayan setempat di
pantai balongan ini biasa terjadi pasang pada pukul 16.00 – 00.00 sedangkan
surut biasanya terjadi pada pukul 00.00 – 16.00, di pantai balongan indramayu
ini telah di bangun beberapa Breakwater (pemecah gelombang) ada dua jenis model
Breakwater pada pantai balongan ini. Terdiri dari 2 Breakwater yang berbentuk
lengkungan dan ada 8 buah Breakwater yang berbentuk huruf ‘T’
Breakwater berbentuk ‘T’ terdiri dari 8 buah
Breakwater berbentuk melengkung terdapat 2
buah
2.1 Pengertian Sedimentologi
Sedimentologi adalah ilmu yang mempelajari
sedimen atau endapan (Wadell, 1932). Sedangkan sedimen atau endapan pada
umumnya diartikan sebagai hasil dari proses pelapukan terhadap suatu tubuh
batuan, yang kemudian mengalami erosi, tertansportasi oleh air, angin, dll, dan
pada akhirnya terendapkan atau tersedimentasikan.
Sedimentasi adalah suatu proses pengendapan
material yang ditransport oleh media air, angin, es, atau gletser di suatu
cekungan. Sedangkan batuan sedimen adalah suatu batuan yang terbentuk dari
hasil proses sedimentasi, baik secara mekanik maupun secara kimia dan organik.
a. Secara mekanik
Terbentuk dari akumulasi mineral-mineral dan
fragmen-fragmen batuan. Faktor-faktor yang penting antara lain :
· Sumber material batuan
sedimen :
Sifat dan komposisi batuan sedimen sangat
dipengaruhi oleh material-material asalnya. Komposisi mineral-mineral batuan
sedimen dapat menentukan waktu dan jarak transportasi, tergantung dari
prosentasi mineral-mineral stabil dan nonstabil.
· Lingkungan pengendapan :
Secara umum lingkungan pengendapan dibedakan
dalam tiga bagian yaitu: Lingkungan Pengendapan Darat, Transisi dan Laut.
Ketiga lingkungan pengendapan ini, dimana batuan yang dibedakannya
masing-masing mempunyai sifat dan ciri-ciri tertentu.
· Pengangkutan
(transportasi) :
Media transportasi dapat berupa air, angin maupun
es, namun yang memiliki peranan yang paling besar dalam sedimentasi adalah
media air. Selama transportasi berlangsung, terjadi perubahan terutama sifat
fisik material-material sedimen seperti ukuran bentuk dan roundness. Dengan
adanya pemilahan dan pengikisan terhadap butir-butir sedimen akan memberi
berbagai macam bentuk dan sifat terhadap batuam sedimen.
· Pengendapan :
Pengendapan terjadi bilamana arus/gaya mulai
menurun hingga berada di bawah titik daya angkutnya. Ini biasa terjadi pada
cekungan-cekungan, laut, muara sungai, dll.
· Kompaksi :
Kompaksi terjadi karena adanya gaya berat/grafitasi dari material-material
sedimen sendiri, sehingga volume menjadi berkurang dan cairan yang mengisi
pori-pori akan bermigrasi ke atas.
· Lithifikasi dan
Sementasi :
Bila kompaksi meningkat terus menerus akan
terjadi pengerasan terhadap material-material sedimen. Sehingga meningkat ke
proses pembatuan (lithifikasi), yang disertai dengan sementasi dimana
material-material semen terikat oleh unsur-unsur/mineral yang mengisi pori-pori
antara butir sedimen.
· Replacement dan
Rekristalisasi :
Proses replacement adalah proses penggantian
mineral oleh pelarutan-pelarutan kimia hingga terjadi mineral baru. Rekristalisasi
adalah perubahan atau pengkristalan kembali mineral-mineral dalam batuan
sedimen, akibat pengaruh temperatur dan tekanan yang relatif rendah.
· Diagenesis :
Diagenesis adalah perubahan yang terjadi setelah
pengendapan berlangsung, baik tekstur maupun komposisi mineral sedimen yang
disebabkan oleh kimia dan fisika.
b. Secara Kimia dan Organik
Terbentuk oleh proses-proses kimia dan kegiatan
organisme atau akumulasi dari sisa skeleton organisme. Sedimen kimia dan
organik dapat terjadi pada kondisi darat, transisi, dan lautan, seperti halnya
dengan sedimen mekanik.
Masing-masing lingkungan sedimen dicirikan oleh
paket tertentu fisik, kimia, dan biologis parameter yang beroperasi untuk
menghasilkan tubuh tertentu sedimemen dicirikan oleh tekstur, struktur, dan
komposisi properti. Kita mengacu kepada badan-badan khusus seperti endapan dari
batuan sedimen sebagai bentuk. Istilah bentuk mengacu pada unit stratigrafik
dibedakan oleh lithologic, struktural, dan karakteristik organik terdeteksi di
lapangan. Sebuah bentuk sedimen dengan demikian unit batu itu, karena deposisi
dalam lingkungan tertentu, memiliki pengaturan karakteristik properti.
Lithofacies dibedakan oleh ciri-ciri fisik seperti warna, lithology, tekstur,
dan struktur sedimen. Biogfacies didefinisikan pada karakteristik palentologic
dasar. Inti penekanan adalah bahwa lingkungan depositional menghasilkan bentuk
sedimen. Karakteristik properti dari bentuk sedimen yang pada gilirannya
merupakan refleksi dari kondisi lingkungan deposional.
Stratigrafi adalah studi batuan untuk menentukan
urutan dan waktu kejadian dalam sejarah bumi. Dua subjek yang dapat dibahas
untuk membentuk rangkaian kesatuan skala pengamatan dan interpretasi. Studi
proses dan produk sedimen memperkenankan kita menginterpretasi dinamika
lingkungan pengendapan. Rekaman-rekaman proses ini di dalam batuan sedimen
memperkenankan kita menginterpretasikan batuan ke dalam lingkungan tertentu.
Untuk menentukan perubahan lateral dan temporer di dalam lingkungan masa lampau
ini, diperlukan kerangka kerja kronologi.
Ilmu bumi secara tradisional telah dibagi kedalam
sub-disiplin ilmu yang terfokus pada aspek-aspek geologi seperti paleontologi,
geofisika, mineralogi, petrologi, geokimia, dan sebagainya. Di dalam tiap
sub-disiplin ilmu ini, ilmu pengetahuan telah dikembangkan sebagai teknik
analitik baru yang telah diaplikasikan dan dikembangkannya teori-teori
inovatif. Diwaktu yang sama karena kemajuan-kemajuan di lapangan, maka
diperkenalkannya integrasi kombinasi ide-ide dan keahlian dari berbagai
disiplin ilmu yang berbeda-beda. Geologi adalah ilmu multidisiplin yang sangat
baik dipahami jika aspek-aspek berbeda terlihat berhubungan antara satu dengan
lainnya. Sedimentologi perhatiannya tertuju pada pembentukan batuan sedimen.
Kemudian batuan sedimen dibahas hubungan waktu dan ruangnya dalam rangkaian
stratigrafi di dalam cekungan-cekungan sedimen. Tektonik lempeng, petrologi dan
paleontologi adalah topik tambahan.
Metode-metode yang digunakan oleh
sedimentologists untuk mengumpulkan data dan bukti pada sifat dan kondisi
depositional batuan sedimen meliputi;
- Mengukur dan menggambarkan singkapan dan distribusi unit batu;
- Menggambarkan formasi batuan, proses formal mendokumentasikan ketebalan, lithology, singkapan, distribusi, hubungan kontak formasi lain
- Pemetaan distribusi unit batu, atau unit
- Deskripsi batuan inti (dibor dan diambil dari sumur eksplorasi selama hidrokarbon)
- Sequence stratigraphy
- Menjelaskan perkembangan unit batu dalam baskom
- Menggambarkan lithology dari batu;
- Petrologi dan petrography; khususnya pengukuran tekstur, ukuran butir, bentuk butiran (kebulatan, pembulatan, dll), pemilahan dan komposisi sedimen
- Menganalisis geokimia dari batu
Geokimia isotop, termasuk penggunaan penanggalan
radiometrik, untuk menentukan usia batu, dan kemiripan dengan daerah sumber.
Sedimen yang di jumpai di dasar lautan dapat
berasal dari beberapa sumber yang menurut Reinick (Dalam Kennet, 1992)
dibedakan menjadi empat yaitu :
1. Lithougenus sedimen yaitu sedimen yang
berasal dari erosi pantai dan material hasil erosi daerah up land. Material ini
dapat sampai ke dasar laut melalui proses mekanik, yaitu tertransport oleh arus
sungai dan atau arus laut dan akan terendapkan jika energi tertransforkan telah
melemah.
2. Biogeneuos sedimen yaitu sedimen yang
bersumber dari sisa-sisa organisme yang hidup seperti cangkang dan rangka biota
laut serta bahan-bahan organik yang mengalami dekomposisi.
3. Hidreogenous sedimen yaitu sedimen yang
terbentuk karena adanya reaksi kimia di dalam air laut dan membentuk partikel
yang tidak larut dalam air laut sehingga akan tenggelam ke dasar laut, sebagai
contoh dan sedimen jenis ini adalah magnetit, phosphorit dan glaukonit.
4. Cosmogerous sedimen yaitu sedimen yang
berasal dari berbagai sumber dan masuk ke laut melalui jalur media udara/angin.
Sedimen jenis ini dapat bersumber dari luar angkasa, aktifitas gunung api atau
berbagai partikel darat yang terbawa angin. Material yang berasal dari luar
angkasa merupakan sisa-sisa meteorik yang meledak di atmosfir dan jatuh di
laut. Sedimen yang berasal dari letusan gunung berapi dapat berukuran halus
berupa debu volkanik, atau berupa fragmen-fragmen aglomerat. Sedangkan sedimen
yang berasal dari partikel di darat dan terbawa angin banyak terjadi pada
daerah kering dimana proses eolian dominan namun demikian dapat juga terjadi
pada daerah subtropis saat musim kering dan angin bertiup kuat. Dalam hal ini
umumnya sedimen tidak dalam jumlah yang dominan dibandingkan sumber-sumber yang
lain. (Sugeng Widada)
Dalam suatu proses sedimentasi, zat-zat yang
masuk ke laut berakhir menjadi sedimen. Dalam hal ini zat yang ada terlibat
proses biologi dan kimia yang terjadi sepanjang kedalaman laut. Sebelum
mencapai dasar laut dan menjadi sedimen, zat tersebut melayang-layang di dalam
laut. Setelah mencapai dasar lautpun, sedimen tidak diam tetapi sedimen akan
terganggu ketika hewan laut dalam mencari makan. Sebagian sedimen mengalami
erosi dan tersuspensi kembali oleh arus bawah sebelum kemudian jatuh kembali
dan tertimbun. Terjadi reaksi kimia antara butir-butir mineral dan air laut
sepanjang perjalannya ke dasar laut dan reaksi tetap berlangsung penimbunan,
yaitu ketika air laut terperangkap di antara butiran mineral. (Agus Supangat
dan Umi muawanah)
Era oseanografi secara sistematis telah dimulai
ketika HMS Challenger kembali ke Inggris pada tanggal 24 Mei 1876 membawa
sampel, laporan, dan hasil pengukuran selama ekspedisi laut yang memakan waktu
tiga tahun sembilan bulan. Anggota ilmuan yang selalu menyakinkan dunia tentang
kemajuan ilmiah Challenger adalah John Murray, warga Kanada kelahiran
Skotlandia. Sampel-sampel yang dikumpulkan oleh Murray merupakan penyelidikan awal tentang
sedimen laut dalam.
Distribusi Sedimen Laut :
Sedimen yang masuk ke dalam laut dapat
terdistribusi pada :
1. Daerah perairan dangkal, seperti
endapan yang terjadi pada paparan benua (Continental Shelf) dan lereng benua
(Continental Slope).
Dijelaskan oleh Hutabarat (1985) dan Bhatt (1978)
bahwa ‘Continental Shelf’ adalah suatu daerah yang mempunyai lereng landai
kurang lebih 0,4% dan berbatasan langsung dengan daerah daratan, lebar dari
pantai 50 – 70 km, kedalaman maksimum dari lautan yang ada di atasnya di antara
100 – 200 meter.
‘Continental Slope’ adalah daerah yang mempunyai
lereng lebih terjal dari continental shelf, kemiringannya anatara 3 – 6 %.
2. Daerah perairan dalam, seperti endapan
yang terjadi pada laut dalam.
Endapan Sedimen pada Perairan Dangkal :
Pada umumnya ‘Glacial Continental Shelf’
dicirikan dengan susunan utamanya campuran antara pasir, kerikil, dan batu
kerikil. Sedangkan ‘Non Glacial Continental Shelf’’ endapannya biasanya
mengandung lumpur yang berasal dari sungai. Di tempat lain (continental shelf)
dimana pada dasar laut gelombang dan arus cukup kuat, sehingga material batuan
kasar dan kerikil biasanya akan diendapkan.
Sebagian besar pada ‘Continental slope’
kemiringannya lebih terjal sehingga sedimen tidak akan terendapkan dengan
ketebalan yang cukup tebal. Daerah yang miring pada permukaannya dicirikan
berupa batuan dasar (bedrock) dan dilapisi dengan lapisan lanau halus dan
lumpur. Kadang permukaan batuan dasarnya tertutupi juga oleh kerikil dan pasir.
Endapan Sedimen pada Perairan Laut Dalam
Sedimen laut dalam dapat dibagi menjadi 2 yaitu
Sedimen Terigen Pelagis dan Sedimen Biogenik Pelagis.
1. Sedimen Biogenik Pelagis
Dengan menggunakan mikroskop terlihat bahwa
sedimen biogenik terdiri atas berbagai struktur halus dan kompleks. Kebanyakan
sedimen itu berupa sisa-sisa fitoplankton dan zooplankton laut. Karena umur
organisme plankton hannya satu atau dua minggu, terjadi suatu bentuk ‘hujan’
sisa-sisa organisme plankton yang perlahan, tetapi kontinue di dalam kolam air
untuk membentuk lapisan sedimen. Pembentukan sedimen ini tergantung pada
beberapa faktor lokal seperti kimia air dan kedalaman serta jumlah produksi
primer di permukaan air laut. Jadi, keberadan mikrofil dalam sedimen laut dapat
digunakan untuk menentukan kedalaman air dan produktifitas permukaan laut pada
zaman dulu.
2. Sedimen Terigen Pelagis
Hampir semua sedimen Terigen di lingkungan
pelagis terdiri atas materi-materi yang berukuran sangat kecil. Ada dua cara materi
tersebut sampai ke lingkungan pelagis. Pertama dengan bantuan arus turbiditas
dan aliran grafitasi. Kedua melalui gerakan es yaitu materi glasial yang dibawa
oleh bongkahan es ke laut lepas dan mencair. Bongkahan es besar yang mengapung,
bongkahan es kecil dan pasir dapat ditemukan pada sedimen pelagis yang berjarak
beberapa ratus kilometer dari daerah gletser atau tempat asalnya.
Angin merupakan alat transportasi penting untuk
memindahkan materi langsung ke laut. Lempung pelagis yang ada di laut dibawa
terutama oleh tiupan angin (aeolian). Ukuran lempung ini
Komponen utama debu yang terbawa angin adalah
kuarsa dan mineral lempung. Pada skala global, jumlah masuknya materi
Vulkanologi ke sedimen laut dalam adalah kecil. Letusan besar dapat
mengeluarkan abu dan debu dalam jumlah yang banyak dengan ketinggian 15-50 km,
dan partikel terkecil berukuran 1-<1µm>
Selain pengertian sedimen di atas ada pengertian
lain tentang sedimen yaitu batuan sedimen adalah batuan yang terbentuk oleh
proses sedimentasi. Sedangkan sedimentasi adalah proses pengendapan sediemen
oleh media air, angin, atau es pada suatu cekungan pengendapan pada kondisi P
dan T tertentu. Dalam batuan sedimen dikenal dengan
istillah tekstur dan struktur. Tekstur adalah suatu kenampakn yang berhubungan
erat dengan ukuran, bentuk butir, dan susunan kompone mineral-mineral
penyusunnya. Studi tekstur paling bagus dilakukan pada contoh batuan yang kecil
atau asahan tipis.
Struktur merupakan suatu kenampakan yang
diakibatkan oleh proses pengendapan dan keadaan energi pembentuknya.
Pembentukannya dapat pada waktu atau sesaat setelah pengendapan. Struktur
berhubungan dengan kenampakan batuan yang lebih besar, paling bagus diamati di
lapangan misal pada perlapisan batuan. (Sugeng Widada : 2002)
Itu dulu ya.. bahasan kali ini. Untuk lanjutannya silahkan baca Analisis Proses Sedimentasi Yang Terjadi Akibat Adanya Breakwater Di Pantai Balongan Indramayu (Part 3)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar